CYBER LAW HOUSE : Jalan Nias No.14/616 Rt.004 Rw.003, Kelurahan 26 Ilir D-I, Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang 30136, Sumatera Selatan, Indonesia; Telp : +6285369903020, +6282185998766 (Adha), +6282182826238 (Hairul), +6282185109191 (Usman); Website: http://www.ahu-lawfirm@blogspot.co.id; Email: ahu.lawfirm@gmail.com

Friday 21 April 2017

Ethical Hacking



Istilah Hacker pada mulanya pada tahun 1960-an oleh para anggota organisasi mahasiswa Tech Model Railroad Club di Laboratorium Kecerdasan Artifisial Massachusetts Institute of Technology (MIT), kelompok mahasiswa tersebut merupakan salah satu perintis perkembangan teknologi komputer, dan mereka beroperasi dengan sejumlah komputer mainframe. Kata hacker pertama kali muncul dengan arti positif untuk menyebut seorang yang memiliki keahlian dalam bidang komputer dan mampu membuat program komputer yang lebih baik dari yang telah dirancang bersama.

Kemudian pada tahun 1983, analogi hacker semakin berkembang untuk menyebut seseorang yang memiliki obsesi untuk memahami dan menguasai sistem komputer. Kemudian pada tahun tersebut untuk pertama kalinya FBI (federal bureau of investigation) menangkap kelompok kriminal komputer “The 414s” yang berbasis di Milwaukee, Amerika Serikat. Angka 414 merupakan kode area lokal mereka, dan kelompok ini kemudian disebut hacker dan dinyatakan bersalah atas pembobolan 60 jaringan komputer, dari komputer milik Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering hingga komputer milik Laboratorium Nasional Los Alamos. Salah seorang dari antara pelaku tersebut mendapatkan kekebalan karena testimonialnya, sedangkan 5 pelaku lainnya mendapatkan hukuman masa percobaan.

Perkembangan selanjutnya muncul kelompok lain yang menyebut-nyebut dirinya sebagai hacker, padahal bukan lah hacker yang sebagaimana di ungkap oleh mahasiswa Tech Model Railroad Club. Hacker ini hanya mendapat kepuasan dapat membobol sistem jaringan komputer dan mengakali telepon (phreaking), padahal hacker sejati menyebut orang-orang sejenis ini dengan istilah 'cracker'. Hacker sejati memandang cracker sebagai orang malas, tidak bertanggung jawab, dan tidak terlalu cerdas, serta hacker sejati tidak setuju jika dikatakan bahwa dengan menerobos keamanan seseorang telah menjadi hacker. 


Pada umumnya para hacker peka terhadap keadaan lingkungannya, hal ini terbukti sewaktu pertarungan hacker Indonesia dengan hacker Malaysia terhadap konflik perebutan Ambalat dari Indonesia, dan perseteruan hacker Indonesia melawan hacker dari Australia pada saat mereka mengusik Indonesia, inilah wujud nyata para hacker dalam mempertahankan negaranya, bukan hanya dengan senjata, bukan pula dengan kekerasan, namun dengan ilmu pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki.

Hacker adalah sebutan untuk mereka yang memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada jaringan komputer, membuat program kecil dan membagikannya dengan orang-orang di Internet. Sebagai contoh : digigumi (Grup Digital) adalah sebuah kelompok yang mengkhususkan diri bergerak dalam bidang game dan komputer. Digigumi ini menggunakan teknik-teknik hexadecimal untuk mengubah teks yang terdapat di dalam game. Contohnya, game “Chrono Trigger” berbahasa Inggris dapat di ubah menjadi bahasa Indonesia. Oleh karena itu, status “Digigumi” adalah hacker, namun bukan sebagai perusak.

Hacker disini artinya, mencari, mempelajari dan mengubah sesuatu untuk keperluan hobi dan pengembangan dengan mengikuti legalitas yang telah ditentukan oleh developer game. Para hacker biasanya melakukan penyusupan-penyusupan dengan maksud memuaskan pengetahuan dan pengumpulan metode teknik untuk diterapkan. Rata-rata perusahaan yang bergerak di dunia jaringan global (internet) juga memiliki hacker yang memiliki tugas untuk menjaga jaringan dari kemungkinan perusakan pihak luar "cracker", menguji jaringan dari kemungkinan lubang-lubang yang menjadi peluang para cracker untuk mengobrak-abrik jaringannya, sebagai contoh : perusahaan asuransi dan auditing "Price Waterhouse", memiliki team hacker yang disebut dengan “Tiger Team”, dan mereka bekerja untuk menguji sistem security client mereka.

Sehebat apapun hacker tidak akan di hargai oleh hacker lain, jika dirinya hanya mendapatkan ilmu dari hacker lain tanpa mau berusaha sendiri mencari ilmu. Para hacker selalu bekerjasama secara sukarela menyelesaikan masalah dan membangun sesuatu. Hacker senantiasa berbagi informasi, memberi jawaban serta berlomba-lomba untuk berbuat yang terbaik, agar dihormati di lingkungannya. Hacker pun tidak pernah berhenti belajar untuk menjadi ahli, dan sangat anti untuk melakukan sesuatu berulang-ulang dan membosankan.


Cracker adalah sebutan untuk mereka yang masuk ke sistem jaringan yang telah dimiliki oleh orang lain, dan lebih bersifat destruktif, biasanya di jaringan komputer, mem-bypass password atau lisensi program komputer, secara sengaja melawan keamanan komputer, men-deface (merubah halaman muka web) milik orang lain bahkan hingga men-delete atau menghapus data orang lain, mencuri data dan umumnya melakukan cracking untuk keuntungan sendiri, maksud jahat, atau karena sebab lainnya karena ada tantangan. Beberapa proses pembobolan dilakukan untuk menunjukan kelemahan keamanan sistem. Berbeda halnya dengan para hacker, para cracker sibuk untuk memuaskan diri mereka dengan aktivitas cacking, mulai dari membobol komputer, membobol password, menebarkan virus untuk tujuan merugikan orang lain, hingga mengakali telepon (phreaking). Para Hacker menyebut Cracker adalah orang malas yang tidak bertanggung jawab.



Sangatlah ironis dan tidak lah adil, jika menganggap bahwa hacker itu jahat dan menakutkan karena sangat jelas dengan penjelasan di atas, bahwa “Hacker itu bersifat membangun sedangkan Cracker bersifat membongkar”

Untuk menjadi seorang hacker itu sulit, harus mengerti dan memahami bahasa pemrograman, jika memiliki niat belajar sungguh-sungguh dan giat, maka tidak ada kata sulit untuk memahaminya. Biasanya calon hacker memulai dengan belajar bahasa [Python], karena bahasa ini tergolong bahasa pemrograman yang termudah, bahasan mengenai bahasa ini bisa lihat di www.python.org. Setelah itu anda juga harus menguasai [java] yang sedikit lebih sulit, akan tetapi menghasilkan kode yang lebih cepat dari Python, [C], [C++] yang menjadi inti dari UNIX, dan [Perl] (www.perl.com ) serta [LISP] untuk tingkat lanjut.

Setelah menguasai semua kemampuan dasar di atas, calon hacker disarankan untuk membuka salah satu versi UNIX open-source atau mempelajari LINUX, membaca kodenya, memodifikasi dan menjalankannya kembali. Jika mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, disarankan untuk berkomunikasi dengan club pengguna Linux [ www.linpeople.org].

Seorang hacker selalu bahu-membahu dalam menyelesaikan sebuah masalah dan membangun sesuatu, tetapi sangat di sayangkan, kehidupan mereka yang menghabiskan 90% waktunya untuk aktivitas hacking, kalau memang benar-benar ingin jadi hacker, maka jadilah hacker yang baik dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk masyarakat, bangsa dan negara.



Hirarki / Tingkatan Hacker 
  • Elite, ciri-ciri : mengerti sistem operasi luar dalam, sanggup mengkonfigurasi dan menyambungkan jaringan secara global, melakukan pemrogramman setiap harinya, effisien dan trampil, menggunakan pengetahuannya dengan tepat sasaran, tidak menghancurkan data-data, dan selalu mengikuti peraturan yang ada. Tingkat Elite ini sering disebut sebagai “suhu”. 
  • Semi Elite, ciri-ciri : lebih muda dari golongan elite, mempunyai kemampuan dan pengetahuan luas tentang komputer, mengerti tentang sistem operasi (termasuk lubangnya), kemampuan programnya cukup untuk mengubah program eksploit. 
  • Developed Kiddie, ciri-ciri : umurnya relatif masih muda dan masih berstatus pelajar atau mahasiswa, mereka hanya membaca tentang metoda hacking dan caranya di berbagai kesempatan, mencoba berbagai sistem sampai akhirnya berhasil & memproklamirkan kemenangan ke lainnya, umumnya masih menggunakan GUI (grafik user interface) dan baru belajar basic dari UNIX, tanpa mampu menemukan lubang kelemahan baru di sistem operasi. 
  • Script Kiddie, ciri-ciri : seperti developed kiddie dan juga seperti Lamers, mereka hanya mempunyai pengetahuan teknis networking yang sangat minimal, tidak lepas dari GUI (grafik user interface), hacking dilakukan menggunakan trojan untuk menakuti dan menyusahkan hidup sebagian pengguna Internet. 
  • Lamer, ciri-ciri : tidak mempunyai pengalaman dan pengetahuan, tapi ingin menjadi hacker sehingga lamer sering disebut sebagai “wanna-be” hacker, penggunaan komputer mereka terutama untuk main game, IRC, tukar menukar software pirate, mencuri kartu kredit, melakukan hacking dengan menggunakan software trojan, nuke dan DoS, suka menyombongkan diri melalui IRC channel, dan sebagainya. Karena banyak kekurangannya untuk mencapai elite, dalam perkembangannya mereka hanya akan sampai level developed kiddie atau script kiddie saja. 


Cracker tidak mempunyai hirarki khusus karena sifatnya hanya membongkar dan merusak. 
Kode Etik Hacker 
  • Mampu mengakses komputer tak terbatas dan totalitas
  • Semua informasi adalah free. 
  • Tidak percaya pada otoritas, artinya memperluas desentralisasi. 
  • Tidak memakai identitas palsu, seperti nama samaran yang konyol, umur, posisi, dan lain-lain.
  • Mampu membuat seni keindahan dalam komputer. 
  • Komputer dapat mengubah hidup menjadi lebih baik.
  • Pekerjaan yang di lakukan semata-mata demi kebenaran informasi yang harus disebar luaskan. 
  • Memegang teguh komitmen dan tidak membela dominasi ekonomi industri software tertentu.
  • Hacking adalah senjata mayoritas dalam perang melawan pelanggaran batas teknologi komputer. 
  • Baik Hacking maupun Phreaking adalah satu-satunya jalan lain untuk menyebarkan informasi pada massa agar tidak gagap dalam komputer. 


Cracker tidak memiliki kode etik apapun. 
Hacker memiliki aturan main yang perlu di ikuti oleh seorang hacker seperti di jelaskan oleh Scorpio, yaitu: 
  • Di atas segalanya, hormati pengetahuan dan kebebasan informasi. 
  • Memberitahukan system administrator akan adanya pelanggaran keamanan / lubang di  keamanan yang anda lihat. 
  • Jangan mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack. 
  • Tidak mendistribusikan dan mengumpulkan software bajakan. 
  • Tidak pernah mengambil resiko yang bodoh dan selalu mengetahui kemampuan sendiri. 
  • Selalu bersedia untuk secara terbuka / bebas / gratis memberitahukan dan mengajarkan berbagai informasi dengan metoda teknik yang di milikinya. 
  • Tidak pernah meng-hack sebuah sistem untuk mencuri uang. 
  • Tidak pernah memberikan akses ke seseorang yang akan membuat kerusakan. 
  • Tidak menghapus dan merusak file di komputer yang di-hack. 
  • Menghormati mesin yang di-hack, dan memperlakukannya seperti mesin sendiri. 




Hacker sejati akan selalu bertindak berlandaskan kode etik dan aturan main, sedangkan Cracker tidak mempunyai kode etik ataupun aturan main karena cracker sifatnya merusak.


Salam,
AHU & Partners

Referensi:


No comments:

Post a Comment