CYBER LAW HOUSE : Jalan Nias No.14/616 Rt.004 Rw.003, Kelurahan 26 Ilir D-I, Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang 30136, Sumatera Selatan, Indonesia; Telp : +6285369903020, +6282185998766 (Adha), +6282182826238 (Hairul), +6282185109191 (Usman); Website: http://www.ahu-lawfirm@blogspot.co.id; Email: ahu.lawfirm@gmail.com

Tuesday 21 March 2017

Tokoh Inspirasi AHU & Partners Edisi Maret 2017



AHU & Partners akan menghadirkan tayangan "Tokoh Inspirasi" pada tiap-tiap bulannya, dengan mengungkapkan berbagai prestasi dan keahlian yang dimilikinya, pada akhirnya menjadi suatu hasrat untuk diteladani dalam kehidupan.
Untuk menampilkan berbagai prestasi dan keahlian tersebut, AHU & Partners menyelusuri tiap-tiap situs sebagai referensi untuk ditayangkan pada "Tokoh Inspirasi" ini.


Tokoh Inspirasi Edisi Maret 2017, yakni Bapak, AKBP. Muhammad Nuh Al Azhar, S.T., M.Sc., CHFI., CEI., ECIH.




Terinspirasi dengan AKBP. Muhammad Nuh Al Azhar, M.Sc., CHFI., CEI., ECIH., bukan hanya dilandasi dengan hubungan emosional saja, akan tetapi kecintaan beliau menekuni ilmu pengetahuan ilmu digital forensik hingga cinta kepada bangsa dan negara Republik Indonesia menjadi terinspirasi.

Sebagaimana yang dikemukakan beliau, pernah ditawarkan dengan penghasilan hingga mencapai 1-2 milyar per bulannya, meskipun sempat tergoda namun beliau memilih untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negara, “Jumlah pekerja digital forensik masih sangat sedikit. Mungkin dianggap penghasilannya tidak menjanjikan. Padahal kenyataannya tidak begitu. Di London, penghasilan seorang digital forensik bisa mencapai 1-2 miliar tiap bulannya. Saya pun sempat tergoda untuk pindah ke London, tapi saya lebih memilih untuk mengabdi di Indonesia,” kata AKBP Kasubbid Komputer Forensik Puslabfor Mabes Polri AKBP M Nuh Al-Azhar di Jakarta, Kamis (18/2).

Hal yang sama diungkapkan oleh ahli digital forensik, Ruby Alamsyah. Menurutnya, banyak praktisi TI belum tertarik dan tergiur terjun ke dunia digital forensik. "Padahal sangat menjanjikan, itu kenapa saya menjalanin," ujarnya. Ruby mengatakan dirinya pernah melakukan riset soal profesi di Indonesia. Menurutnya profesi yang mendapat bayaran mahal di Indonesia adalah mereka yang berkecimpung dalam bidang hukum. "Kenapa di bidang hukum dibayar mahal karena berhubungan dengan perkara dan kemerdekaan seseorang," ujarnya.

Pria kelahiran Palembang 8 Juli 1974 merupakan lulusan teknik mesin Universitas Sriwijaya Palembang angkatan masuk 1991. Kendati studi utamanya adalah mesin, Nuh memiliki kegemaran programing dan hacking yang membuatnya banyak belajar secara otodidak dengan buku sebagai jendela ilmu."Saya dapat mata kuliah programing tapi kurang begitu happy karena kaku. Saya kemudian belajar bahasa programing basic secara otodidak, tapi tidak happy juga karena tidak mendapatkan yang saya mau," kata Nuh di ruang kerjanya. "Kemudian saya pindah lagi, belajar bahasa program Turbo Pascal secara otodidak."

Kesukaan pada programing akhirnya mendorong untuk mendalami digital forensik, alasannya bukan hanya untuk hobi, melainkan perkembangan dunia teknologi yang semakin pesat sehingga kejahatan pun kerap melibatkan barang bukti berupa alat digital. Tetapi untuk mendalami digital forensik terkendala dengan tidak adanya pengajar ilmu itu di Indonesia. "Salah satu kesulitan terbesar saya waktu itu adalah mencari guru," katanya. Akhirnya berburu buku-buku digital forensik untuk mendapatkan pengetahuan.  "Saya sulit memahaminya kala itu, maklum karena tak ada guru. Saya baca beberapa lembar, saya ulangi lagi, supaya paham esensinya," katanya. "Saya hunting buku dari dalam hingga ke luar negeri. Tidak punya rekomendasi, apa yang ketemu itulah yang saya baca, yang penting ada kata kunci 'digital forensik, komputer forensik, IT forensik'," katanya kemudian tersenyum.

Situs ondigitalforensics.weebly.com menyebutkan Nuh merupakan anggota Polri yang mendapat penghargaan New York State Police, kemudian lulusan terbaik bidang akademik Sekolah Lanjutan Perwira (Selapa) Polri 2006, dan mendapat award dari EC-Council (Lembaga Sertifikasi Internasional kompetensi Bidang ilmu Pengetahuan dan Teknologi Komputer Berupa Computer Hacking Forensic Invstigator-CHFI) 2007 di India. Selanjutnya beliau pernah menerima beasiswa Chevening tahun 2008/2009 dari Foreign and Commonwealth Office (FCO) dari pemerintahan Inggris dan Lulusan terbaik MSC bidang forensic Informatics dari University Of Strathclyde, Inggris tahun 2009.

Menurut Nuh, digital forensik merupakan aplikasi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi komputer untuk kepentingan pembuktian hukum. Dalam hal ini membuktikan kejahatan berteknologi tinggi hingga bisa mendapatkan bukti -bukti digital yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku kejahatan tersebut. Selanjutnya beliau mengatakan terdapat empat tindakan anti-forensik digital selepas peluncuran buku "Digital Forensic: Panduan Praktis Investigasi Komputer" di Kampus Universitas Indonesia Depok, yakni "Pertama adalah kriptografi dengan melakukan enkripsi suatu file; Kedua steganografi yaitu penyembunyian informasi yang tersimpan di media penyimpanan digital; Ketiga adalah kegiatan wipping atau penghapusan data secara sempurna dan terakhir, adalah peretasan (hacking)," kata alumnus Forensic Informatics dari University of Strathclyde Inggris.

Situs Antara 18 Juni 2012, pernah memberitakan Nuh. Dalam peluncurkan buku Digital Forensic: Panduan Praktis Investigasi Komputer, Nuh mengatakan Indonesia masih sangat membutuhkan ahli-ahli forensik digital untuk mengungkap segala tindak kejahatan di dunia. Dengan demikian, kita mesti menjadi ahli-ahli digital forensik yang profesional, berkualitas dan bermartabat, apalagi tawaran penghasilan yang diperoleh pun lumayan tinggi tiap-tiap bulannya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Muhammad Nuh Al Azhar dan Ruby Alamsyah. Tidak ada gunanya dan tidak ada manfaatnya hingga menciderai hak privasi personal maupun badan hukum dengan berbagai serangan dan tindakan kejahatan terhadap virtual reality (mayantara), apalagi tidak ada kejahatan yang sempurna dan tiap-tiap kejahatan tersebut pasti akan meninggalkan jejak untuk dapat diselusuri.

Sederet prestasi tersebut dan tidak pula tergoda dengan tawaran penghasilan yang tinggi, justru memilih untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan ilmu pengetahuan digital forensik yang beliau miliki di Kepolisian Negara Republik Indonesia. Hal ini lah yang menjadi landasan berpijak bagi AHU & Partners terinspirasi kepada beliau, secara bersama-sama mengabdikan diri kepada bangsa dan negara dengan senantiasa menjaga, memelihara dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari berbagai serangan maupun tindakan kejahatan tindak pidana terhadap virtual reality (mayantara) disamping memberikan layanan hukum (legal services), yakni dengan layanan sistem keamanan jaringan (network security system services / digital forensics), akan tetapi bersifat pencegahan (preventif) dan tidak pula mengintervensi proses/hasil penyidikan maupun pada sidang pengadilan.


Referensi:











No comments:

Post a Comment